Minggu, 09 Desember 2012

Pantai Lampu Satu

Pantai ini dapat menjadi pilihan kunjungan wisata saat datang ke Merauke. Kalau kita berharap dapat bermain air laut di sepanjang pantai ini, harap kubur harapan itu. Keunikan dari pantai yang luas dan bersih ini adalah air lautnya berwarna coklat pekat dikarenakan lumpur yang terbawa oleh aliran sungai deras yang ada di Merauke. 

Nama lampu satu diberikan karena adanya sebuah Mercusuar yang nyalanya membantu para nelayan di sekitar pantai tersebut. 

Pantainya cukup luas dan dijadikan arena melepas sore dengan bermacam - macam aktivitas oleh penduduk setempat. Banyak aktivitas terlihat seperti anak - anak yang bermain bola, balap motor, ataupun sekedar duduk - duduk bersama menanti tenggelamnya matahari. Di beberapa sudut terlihat perahu - perahu nelayan bersandar.

Suasana Pantai Lampu Satu

Air Laut Berwarna Coklat

Sunset di Lampu Satu

Suasana Pantai Lampu Satu

Sota .. Batas Negeri

Tugu Perbatasn
Suasana di Perbatasan Indonesia - PNG

Suasana di Perbatasan Indonesia - PNG

Rumah Semut
Perbatasan dengan negara Papua New Guinea (PNG) merupakan menu wajib untuk dikunjungi bagi yang datang ke Merauke. Untuk menuju ke perbatasan ini harus menempuh perjalanan 75 km jalan darat menggunakan kendaraan roda empat. Kondisi jalan beraspal dan cukup baik. Pada beberapa titik memang ada beberapa badan jalan yang agak rusak tapi tidak begitu mengganggu perjalanan.

Sebelum memasuki wilayah perbatasan, wajib melapor ke pos perbatasan dengan meninggalkan kartu pengenal (KTP). Beberapa puluh ribu rupiah juga menjadi "sumbangan" 10 ribu - 50 ribu rupiah bagi para penjaga perbatasan.

Suasana di perbatasan timur selatan Indonesia ini bisa dikatakan sederhana tapi cukup terawat. Seorang anggota polisi yang dikenal bernama Pak Ma'ruf yang sepanjang hidupnya mendedikasikan diri sepanjang hidupnya untuk menjaga dan merawat wilayah perbatasan ini.

Pada salah satu sudut dapat ditemui rumah semut yang tingginya mencapai 2,5 meter. Oleh penduduk setempat rumah semut ini disebut musamus, merupakan salah satu icon wilayah Papua selatan

 Terkadang kita dapat melihat beberapa penduduk asli PNG yang lalu lalang membawa barang barang untuk dijual di wilayah Indonesia. Kita dapat juga menemui pedagang pedagang yang menawarkan beberapa souvenir buatan papua atau Merauke ataupun berjualan jagung bakar.

Souvenir yang dijual harganya cukup tinggi. Untuk membawa pulang burung cendrawasih yang telah diawetkan harus merogoh 350 ribu - 500 ribu rupiah. Noken (semacam tas anyam berhias bulu burung kasuari) dijual dari harga 75 ribu - 250rb tergantung dari ukuran dan banyaknya bulu burung kasuari yang menghiasi. Dapat juga ditemui parang/golok buatan PNG yang terlihat cukup baik dan hasil buatannya cukup halus.

Jumat, 02 November 2012

Merauke... Menapakkan Kaki Sudut Negeri

Tiga Agustus 2012 pagi hari, pertama kali menjejakkan kaki di tanah Merauke. Setelah 1 jam perjalanan dari Bandara Sentai Jayapura menuju Bandara Mopah Merauke. Harga tiket Sentani Merauke dapat dikatakan murah, hanya berkisar 300 - 500 ribu rupiah.

Sebelum pendaratan di bandara, disambut pemandangan Sungai Maro dengan jembatan Tujuh Wali Wali melintas di atasnya. Entah mengapa langit di atas Merauke diselimuti awan yang tebal yang harus ditembus pesawat sebelum dapat mendarat. Alhasil penumpang dibangunkan dengan guncangan pesawat yang cukup keras karena menembus awan tebal.

Memasuki ruang pengambilan barang, suasana agak berbeda dengan Sentani. Ruangan tampak sederhana. Tidak ada ban berjalan, tas dimasukkan manual oleh petugas bandara. Tersedia troli barang yang dapat digunakan secara gratis. Namun apabila membutuhkan bantuan porter bandara dapat dengan mudah ditemukan. Hati hati dengan barang barang kita yang baru turun bagasi. Mata harus terus mengikuti, karena petugas porter kadang dengan seenaknya main ambil dan main tumpuk. Resiko kehilangan tas ataupun koper bertambah karena petugas yang mengecek tag pengenal bagasi pun bisa dikatakan tidak teliti.

Bandara Mopah Merauke
Jarak bandara mopah dengan kota merauke bisa dikatakan sangat dekat. Bahkan bisa dikatakan bandara Mopah berada di kota Merauke itu sendiri. Untuk transportasi dari bandara ke kota bisa menggunakan mobil avanza yang banyak disewakan dengan tarif flat 50 ribu rupiah saja.

Keluar dari pesawat akan disambut patung Yesus berukuran besar di salah satu sudut luar bandara. 

Suhu udara saat bulan Agustus tidak begitu panas kalau tidak bisa dikatakan sejuk. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi musim di Benua Australia. Saat di Australia musim dingin, angin selatan akan membawa suhu yang dingin ke Merauke. Dapat dikatakan di Merauke hanya ada dua musim yaitu musim panas dan musim dingin. Turunnya hujan terkadang 2 - 3 hari sekali. 

Keluar dari kawasan bandara disambut oleh perumahan penduduk yang seluruhnya beratap seng. Kondisi geografis Merauke berbeda sekali dengan wilayah utara Papua. Tidak ada gunung sama sekali di sini, hanya dataran saja. Tanah yang tadinya rawa rawa bahkan tidak menyimpan batu untuk dijadikan pondasi bangunan, alhasil tidak ada bangunan yang tingginya lebih dari dua lantai di sini.
Batu dan tanah didatangkan dari luar Merauke untuk kepentingan pendirian bangunan berukuran besaar. Rumah penduduk rata rata hanya berpondasi batu bata saja.

Pilihan hotel untuk menginap terbatas. Swissbell hotel Merauke di Jalan Mandala direkomendasikan untuk menginap bagi yang ingin mengunjungi Merauke. Apabila membutuhkan kendaraan dapat menyewa di rental mobil yang banyak tersebar di kota Merauke dengan biaya berkisar 600 - 800 ribu per mobil avanza atau kijang innova.

Masjid Al Aqsho Merauke
Bagi muslim yang mencari mesjid untuk sholat, dapat dengan mudah menenmukan mesjid di sepanjang jalan Mandala ataupun ke mesjid Al Aqsho di perempatan jalan brawijaya.

Welcome To The Land Of Magic

Perjalanan dengan burung besi GIA menuju ibukota propinsi Papua, Jayapura pada ketinggian 33 ribu meter di atas permukaan laut (info dari pilot) dengan jarak tempuh 2200 km serta transit di Bandara Hasanuddin Makasar dilanjutkan ke Biak. Tiba dari Biak ke Jayapura sekita pukul tujuh pagi waktu indonesia bagian timur.

Harga tiket perjalanan saat ini sebesar IDR 4,9 juta. Bisa dikatakan sangat besar, cukup untuk jalan jalan seorang diri ke Singapura berikut oleh oleh.

Beberapa saat sebelum mendarat di Bandara Sentani disuguhi pemandangan pagi hari yang sangat luar biasa.... Rimbunnya pepohonan memberi gambaran lebatnya hutan di bawah sana yang mungkin saja belum terjamah tangan - tangan manusia. Ditambah lagi luasnya danau sentani dengan pulau pulau kecil di tengahnya. Serta kondisi tanah dengan tekstur gunung serta perbukitan semakin menambah keindahan alam... sangat sangat luar biasa bagi seorang yang sebelumnya hanya terbiasa dengan suasana kota yang hanya penuh dengan bangunan - bangunan dihiasi sedikit pepohonan.

Pesawatpun mendarat dengan selamat di landasan bandara Sentani. Keluar dari pesawat disambut hangatnya matahari pagi di Jayapura. Pukul tujuh pagi  WIT, di wilayah barat dengan selisih waktu dua jam, tentu saja baru masuk waktu subuh. Hari itu saya menyaksikan dan merasakan matahari lebih dulu dibanding keluarga di WIB.

Memasuki area bandara disambut gerombolan petugas porter bandara yang sebagian besar kaum pribumi. Jangan harapkan ada troli barang yang tersedia dan tinggal digunakan. Semua troli barang sudah "dikuasai" petugas portir yang menawarkan membantu mengangkut barang. Uang lelah untuk pengangkut barang ini tidak begitu mahal, hanya kisaran 10 - 20 ribu rupiah saja.

Angkutan umum dari bandara Sentani ke kota Jayapura ditawarkan menggunakan taksi taksi berupa mobil - mobil toyota avanza. Background view ketika keluar dari bandara adalah pegunungan tinggi yang hijau tebal menggambarkan lebatnya pepohonan. Tapi jangan harapkan suhu yang sejuk walaupun berada di kaki pegunungan. 

Meluncur keluar dari bandara menggunakan kendaraan jemputan disuguhi pemandangan sangat luar biasa... Welcome to the land of magic. Pemandangan pegunungan di sisi kiri dan danau sentani di sisi kanan menambah kesan luar biasa untuk "mata kota" ini. Juga diselingi perumahan penduduk yang semua beratap seng turut menemani perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih 45 menit hingga sampai di wilayah Abepura.

Di dekat bandara ada hotel Travellers yang nantinya akan digunakan menginap. Hotel yang pelayanannya cukup memuaskan. Hanya saja koneksi free internet melalui wifi kurang begitu lancar pada beberapa tempat. disarankan menggunakan  kabel lan saja untuk akses internet.



A Ticket To The End Of The World

Pertengahan Juli 2012, adalah awal dari perjalanan ke tempat tugas baru di Merauke dengan diterima SK tugas ke tempat baru. Setelah genap 7 tahun berkarya di Jawa Barat, diberi kesempatan untuk datang ke daerah dengan kultur dan budaya yang sangat jauh berbeda. 

Apa yang dibayangkan mengenai tanah Papua mungkin sama seperti yang dibayangkan sebagian besar penghuni wilayah barat Indonesia. Persepsi yang terbentuk dari pemberitaan media yang membentuk kesan tanah Papua adalah wilayah yang "kurang" bersahabat dengan potensi konflik kemasyarakatan dan gangguan disintegrasi bangsa dari segolongan Organisasi Pengganggu Masyarakat.

Kesempatan sekaligus tantangan...

Sesuai prosedur kepindahan tugas, sebelum ke Merauke diwajibkan lapor dahulu ke Kantor Divisi Regional XII di Jayapura. Keberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Jayapura dengan Maskapai Garuda Indonesia. Take off sekitar pukul 9 malam hari itu... 28 Juli 2012... Petualangan dimulai